Paradigma dan Perspektif*

Image
Oleh: Fikar Damai Setia Gea A.     Pengertian Paradigma Secara etimologis kata Paradigma bermula pada sejak abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari Bahasa Latin pada tahun 1943 yaitu paradigma   yang berarti suatu model atau pola. Sementara dalam Bahasa Yunani berasal dari kata paradeigma (para+deignunai) yang berarti untuk “membandingkan”, “bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik). Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama khususnya dalam disiplin ilmu pengetahuan. Beberapa pengertian paradigma menurut pada ahli adalah sebagai berikut: Pengertian paradigma menurut Patton (1975) : “A world view, a general perspective, a way of   breaking down of the complexity of the real world” (suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata) . Pengertian paradigma menurut Robert Friedrichs (197

Orangutan Untuk Kemaslahatan Manusia

Juara 1 Lomba Essay Pekan Peduli Orangutan Indonesia 2008
Kategori Mahasiswa

Oleh : Fikar Gea



Sebelum saya menyusun tulisan ini, saya mengadakan survei kecil kepada 12 teman kuliah saya di kampus tentang orangutan. Saya menawarkan 3 (tiga) pertanyaan kepada mereka. Pertanyaannya ialah; (1). Apakah anda mengenal orangutan? (2). Dimana sajakah orangutan tersebar di Indonesia? dan (3). Apa fungsi orangutan dan bagaimana perkembangannya? Ada beberapa jawaban mereka menjawab pertanyaan itu. Untuk pertanyaan pertama, kedua belas teman saya menjawab “mereka mengenal orangutan”. Untuk pertanyaan kedua, sembilan dari mereka menjawab “di Kalimantan” dan tiga orang tersisa menjawab “tidak tahu”. Sedangkan untuk pertanyaan ketiga, empat orang menjawab “satwa liar dan sudah langka”, satu orang menjawab “bagian dari ekosistem dan rantai makanan” dan tujuh orang lainnya menjawab “tidak tahu”.
Mungkin jawaban dari dua belas teman saya terhadap tiga pertanyaan diatas, tidak bisa menjadi representasi masyarakat atau mahasiswa terhadap pengenalan mereka akan orangutan. Karena survei tersebut tidak dapat diakui validitasnya. Namun, dari hasil itu saya mendapat gambaran bahwa kebanyakan masyarakat atau mahasiswa masih belum mengetahui dan mengenal dengan benar tentang orangutan, fungsi orangutan, penyebaran orangutan dan perkembangannya. Mereka hanya tahu bahwa orangutan memang ada di Indonesia.
Kondisi orangutan di Indonesia sekarang sangat memprihatinkan. Dari hari kehari jumlah populasi orangutan semakin berkurang. Berdasarkan data dari Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) pada tahun 2004, jumlah orangutan di Indonesia sekitar 61.234 individu. Jumlah ini tersebar dalam dua wilayah yakni, Sumatera terdiri dari 6.667 individu dan Kalimantan (Borneo) terdiri dari 54.567 individu. Dalam kurung waktu empat tahun sampai saat ini (2008), akibat berbagai ancaman yang dialami oleh orangutan maka dan dengan laju kepunahan yang semakin meningkat dapat diperkirakan jumlah orangutan sekarang (2008) tinggal setengah dari jumlah orangutan tahun 2004. Jadi, berapa tahun lagikah orangutan di Indonesia benar-benar punah?
Keberadaan orangutan di Indonesia sudah diambang kepunahan. Jika kondisi ini didiamkan terus akan sangat berbahaya bagi orangutan secara khusus dan secara umum bagi ekosistim alam bahkan terhadap manusia. Sekarang sudah saatnya untuk terlibat aktif dalam upaya melestarikan orangutan dan habitatnya.
Kita tak dapat pungkiri bahwa ancaman yang melanda orangutan di Indonesia terjadi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia menuntut masyarakat untuk mencari tempat pemukiman dan tempat mata pencaharian yang baru. Akibatnya banyak hutan berubah fungsi menjadi lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman. Belum lagi ancaman lainnya seperti, kebakaran hutan, penebangan hutan secara liar dan perburuan/perdagangan orangutan. Akibat konversi wilayah hutan ini sangat berdampak terhadap berkurangnya habitat orangutan dan mengancam ekosistim alam yang ada.
Sangat disayangkan sekali bahwa pemerintah banyak mengeluarkan izin untuk pengalihan fungsi hutan menjadi tempat perkebunan dan pertambangan di habitat orangutan. Menipisnya wilayah hutan di Sumatera dan Kalimantan terjadi akibat perubahan tata guna lahan menjadi perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan pengalihan fungsi lainnya. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) kadang-kadang hanya melihat dari satu sisi dalam mengambil keputusan atau kebijakan pemberian izin pengalihan fungsi hutan. Upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat seharusnya diiringi dengan upaya mencari solusi agar keberadaan orangutan dapat terjamin dan tidak terusik. Karena orangutan mempunyai peranan yang sangat penting (walaupun tidak secara langsung) bagi kehidupan manusia.

Fungsi Orangutan dalam Ekosistim
Banyak masyarakat kita bahkan juga mahasiswa belum mengetahui secara mendetail apa sebenarnya fungsi orangutan bagi ekosistim dan juga bagi manusia. Hal ini terjadi akibat ketidakpedulian kita terhadap primata yang satu ini. Orangutan hanya dianggap seperti satwa liar yang hidup di alam bebas tanpa harus diurus dan diperhatikan. Kita tak pernah sadar bahwa satwa yang satu ini sangat peka terhadap ancaman dari luar sementara keberadaan mereka sangat berfungsi bagi manusia. Kita hanya berpikir bahwa kehidupan yang baik itu terwujud bila segala aspek kehidupan dilingkupi oleh modernitas. Kadang terpikirkan pada saya bahwa masyarakat dewasa ini lebih menginginkan hutan tembok (benda mati) dari pada hutan kayu atau rimba yang luas (benda hidup).
Perlu diketahui bahwa dalam ekosistim alam, orangutan dikenal sebagai makhluk payung (umbrella species). Orangutan termasuk hewan pelahap buah-buahan (frugivora ). Mereka juga memakan daun, bunga dan kambium. Juga rayap dan semut guna mendapatkan protein. Sedangkan untuk mendapatkan kandungan mineral, kadang mereka memakan tanah. Kebiasaannya memakan buah yang telah masak ataupun mentah di hutan rimba habitatnya serta kebiasaannya dalam menjelajah dari satu pohon ke pohon lainnya, jelas sangat berperan dalam regenerasi tumbuhan-tumbuhan hutan.
Orangutan memakan daging dan biji-bijian buah. Kadang biji-biji buah yang tidak dimakannya tersemburkan begitu saja ke tanah. Bahkan biji-biji yang termakan terkadang masih utuh dalam kotorannya, sehingga bisa tumbuh lagi sebagai tumbuhan baru dalam meregenerasi pohon hutan yang telah tua dan mati. Orangutan juga sering "makan sambil jalan" ketika menjelajah dari dahan pohon satu ke pohon lainnya. Kadang biji buahnya disemburkan begitu saja jauh dari pohon induknya. Sehingga memperbesar sebaran bibit pohon tersebut tumbuh di mana saja di sepanjang area jelajah yang dilaluinya. Selain itu dengan bergerak menjelajah, orangutan biasanya akan melintasi bagian kanopi hutan, dengan membengkokkan/mematahkan banyak ranting, akan membantu tumbuhan yang berada dibawahnya mendapatkan sinar matahari yang sangat dibutuhkan untuk proses fotosintesa.
Artinya dengan melindungi orangutan dihabitat alaminya, secara tidak langsung kita ikut menjaga keutuhan ekosistim hutan secara keseluruhan. Melindungi orangutan juga berarti ikut melindungi berbagai jenis tanaman dan binatang lain yang memberikan manfaat lebih besar bagi makhluk hidup lain termasuk manusia. Fungsi hutan sebagai sumber plasmanutfa, pengatur tata air, pembentuk iklim mikro, dan penyangga kehidupan akan tetap terjaga jika hutan terjaga dengan baik.
Pemahaman ini perlu sekali diketahui dan dimiliki oleh setiap masyarakat. Tidak hanya masyarakat lokal yang berada disekitar lokasi populasi orangutan tetapi juga kepada seluruh masyarakat yang jauh dari populasi orangutan. Karena pemahaman yang sifatnya menyeluruh dapat memudahkan upaya pencegahan orangutan terhadap kepunahan. Semakin dini pengenalan ini dimiliki dan diketahui oleh masyarakat akan semakin baik untuk kelangsungan hidup orangutan.

Upaya Preventif dan Adventif
Setelah kita mengetahui bagaimana kondisi orangutan di Indonesia sekarang dan telah mengetahui apa peran dan fungsi orangutan dalam ekosistim dan juga bagi manusia, tidak lengkap jika kita tidak membicarakan apa yang menjadi peran manusia dalam rangka menjaga kelestarian orangutan dan juga habitatnya. Kita telah mengerti bersama bahwa orangutan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha untuk mencari solusi penyelamatan orangutan dari kepunahan. Upaya penyelamatan yang dapat dilakukan ialah berupa pencegahan dan memperkenalkan orangutan secara luas kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar segenap masyarakat memiliki kepedulian terhadap orangutan dan ikut berpartisipasi aktif dalam melestarikan orangutan dan habitatnya.
Dalam upaya menyelamatkan dan mencegah kepunahan orangutan Indonesia, pemangku kepentingan yang berada diposisi terdepan ialah pemerintah. Pemerintah memiliki kekuatan yang besar karena mereka memegang alat kekuasaan. Orangutan di Indonesia dapat ditemui di kawasan konservasi, hutan produksi, hutan lindung dan juga di kawasan budidaya non kehutanan. Berdasarkan penelitian yang ada, 75% dari orangutan liar ditemui diluar kawasan konservasi, kebanyakan mereka berada dikawasan hutan produksi dan hutan lindung. Oleh karena itu orangutan sangat rentan terhadap ancaman kehilangan habitat dan konflik dengan manusia.
Selain fungsi pemerintah (Departemen Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup) untuk menguasai hutan dan mengedalikan pengelolaan hutan serta menjaga semua keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, yang diharapkan dari pemerintah juga ialah adanya sikap proaktif untuk melindungi orangutan yang ada diluar kawasan konservasi dan hutan lindung. Saya berpendapat bahwa wilayah hutan yang masih memiliki populasi orangutan seharusnya ditunda pemberian izin pengelolaannya. Ini yang disebut dengan mempertimbangkan keberadaan satwa liar yang masuk dalam kategori langka dalam mengambil keputusan.
Pemerintah harus tegas dalam memberlakukan undang-undang dan peraturan yang ada. Sesuai dengan pasal 50 ayat (3) huruf m UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan bahwa, setiap orang dilarang mengeluarkan, membawa dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin dari pejabat yang berwenang. Dan apabila melanggar akan diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Sering kali terjadi benturan antara kebijakan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Karena pemerintah daerah sedang gencar-gencarnya meningkatkan penghasilan daerahnya, wilayah hutan diolah seluas-luasnya tanpa mempertimbangkan dampak terhadap ekosistim dan tumbuhan serta hewan langka. Akibatnya penyelamatan orangutan sering terhambat. Mengingat penyelamatan orangutan adalah kepentingan universal, maka pemerintah pusatlah yang memiliki kewenangan penuh untuk mengambil tindakan pencegahan dan penyelamatan secara cepat dan tepat.
Disamping pemerintah, ada juga banyak lembaga-lembaga diluar pemerintah yang menaruh perhatian terhadap orangutan. Mungkin saja lembaga ini dapat dikatakan lembaga yang peduli dan cinta terhadap orangutan. Lembaga-lembaga ini perlu kita dukung bersama karena mereka memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mengontrol keberadaan orangutan. Mereka sangat berperan aktif dalam melindungi, melakukan publikasi, merawat bahkan melakukan rehabilitasi terhadap orangutan yang sedang dalam masalah seperti, luka-luka akibat konflik dengan manusia.
Selain upaya preventif (pencegahan) juga dilakukan upaya adventif (pemberitaan atau publikasi). Mengingat gambaran kebanyakan masyarakat kita belum mengetahui secara benar dan mendetail tentang orangutan, maka perlu ada sarana informasi tentang satwa langka ini kepada masyarakat. Informasi yang diberikan tidak sebatas pengetahuan umum tentang orangutan tetapi juga kondisi orangutan sekarang, ancaman-ancaman dan bagaimana cara menyelamatkan orangutan dari ancaman-ancaman itu.
Saya pernah jalan-jalan ke Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta. Pada kesempatan itu saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat orangutan yang disana disebut Gorilla. Apa yang kita dapat disana hanya sekedar melihat-lihat orangutan, bentuknya, kelakuannya, dan menikmati kelucuan yang dibuat oleh orangutan itu. Yang kita dapat hanya itu! Walaupun dibeberapa sudut ada beberapa papan kecil yang menjelaskan pengetahuan umum tetang orangutan. Akan tetapi saya perhatikan tidak ada orang yang memperhatikan papan-papan itu. Kebanyakan pengunjung yang datang kesana buru-buru masuk dan tanpa basa-basi langsung menuju tempat orangutan untuk mengamatinya.

Walaupun tempat ini berfungsi sebagai tempat rekreasi dan liburan, seharusnya kesempatan itu dimanfaatkan untuk menyadartahukan masyarakat terhadap orangutan. Di dalam tempat itu ada tempat yang sangat strategis untuk mengamati dan menonton orangutan. Biasanya tempat itu banyak dikerumuni oleh pengunjung. Ditengah keasyikan pengunjung mangamati orangutan seharusnya dapat diselingi dengan pemutaran rekaman-rekaman tentang orangutan Indonesia. Dalam rekaman itu dijelaskan semua tentang kondisi orangutan di Indonesia sekarang, ancaman-ancaman yang dihadapi dan bagaimana cara mencegahnya serta apa yang bisa kita lakukan.
Caranya ialah dengan memasang videotrone ditempat-tempat strategis tersebut. Keberadaan videotrone ini semacam iklan media lini bawah di pusat-pusat keramaian. Biasanya sesuatu yang baru dan menarik untuk dilihat akan menyita perhatian dan pikiran pengunjung. Jadi, para pengunjung di taman margasatwa selain untuk berekreasi juga dapat mendapat pengetahuan dan informasi tentang orangutan dan tahu cara untuk berpartispasi. Dengan cara ini diharapkan bahwa semua pengunjung dapat sadar dan tahu dengan keberadaan orangutan Indonesia saat ini.
Lalu, bagaimana menjangkau seluruh masyarakat Indonesia yang berada ditempat yang luas? Seperti kita ketahui bersama bahwa untuk menjangkau publik yang sangat luas dan berada di tempat yang berbeda serta dapat dijangkau dalam waktu yang sama secara serempak ialah dengan media massa. Selama ini saya perhatikan, pemberitaan media tentang orangutan sangat sedikit. Orangutan dibahas media secara sporadis hanya bila terjadi kematian orangutan, terjadi konflik antar manusia dengan orangutan atau pelepasan orangutan ke alam bebas. Pemberitaan tentang orangutan secara mendetail dan menyeluruh belum ada.
Walaupun ada beberapa acara tentang satwa liar di telivisi, baik televisi publik dan televisi swasta nasional maupun televisi daerah, namun materi sajian mereka sifatnya sangat umum dan cenderung hewan-hewan liar dari luar negeri. Ada baiknya dibuat sebuah acara yang menyajikan tentang orangutan Indonesia (Orangutan Sumatra/Pongo abeli) dan Orangutan Borneo/Pongo pygmaeus) secara khusus. Di acara ini akan dikupas tuntas tentang orangutan secara lengkap dan mendetail. Dengan cara ini banyak orang/masyarakat yang tahu tentang orangutan dan peduli serta mencintai orangutan.
Pembuatan acara ini diharapkan dapat dipelopori oleh pemerintah atau lembaga-lembaga non pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Karena melalui media ini proteksi terhadap kepunahan orangutan dapat lebih efektif dan efisien. Terutama pencegahan terhadap ancaman terhadap orangutan yang dilakukan oleh manusia seperti; penebangan hutan dan perburuan/perdagangan orangutan. Pengenalan yang mendalam dan terarah akan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat.



Orangutan dan Kebaikan Umat Manusia
Akhir-akhir ini banyak diperbicangkan tentang isu pemanasan global (global warming). Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca dan kelebihan karbon dioksida di bumi yang mengakibatkan suhu bumi menjadi makin panas, peleburan es dikutub dan terjadi berbagai perubahan terhadap seluruh ekosistim di bumi. Sementara hutan sebagai paru-paru dunia semakin hari semakin menipis. Di Indonesia sendiri laju penggundulan hutan hujan di Kalimantan dan Sumatra sangat mengejutkan. Pada bulan Desember 2001, Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia memperkirakan bahwa sekitar 5 – 6 juta acre (20-24 km2) hutan dirusak setiap tahun. Lalu apa hubungannya dengan orangutan?
Tentu saja ada hubungannya. Ada korelasi langsung antara keberadaan orangutan dengan pemanasan global yang mengancam umat manusia. Dengan menjaga dan melestarikan hutan kita ikut menjaga kestabilan ekosistem kehidupan di dunia. Ekosistim yang stabil akan mendukung kelangsungan hidup berbagai satwa dan tumbuhan yang ada didalamnya. Orangutan sebagai bagian dari ekosistim dapat melakukan fungsinya dengan baik. Orangutan yang berfungsi sebagai spesies payung akan menjamin kelestarian hutan itu sendiri sekaligus menjaga kestabilan ekosistim. Dengan demikian perubahan iklim dan pemanasan yang sedang melanda bumi saat ini dapat diminimalisir.
Oleh karena itu, mari kita manjaga kelestarian orangutan dan habitatnya untuk kemaslahatan umat manusia. Menjaga keberadaan orangutan di Indonesia tidak hanya untuk menghindari dari kepunahan, tetapi tanpa melupakan misi itu ada misi yang lebih besar ialah orangutan memiliki andil untuk menjaga dan memelihara kestabilan bumi.
Mari melestarikan Orangutan dan habitatnya untuk kemaslahatan umat manusia dan planet bumi

Comments

Popular posts from this blog

KENDALA DAN HAMBATAN SERTA SOLUSI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN*

E-BUDGETING: MENGAWAL ASPIRASI MASYARAKAT DARI POLITIK KEPENTINGAN*

PELET JEPANG!

CORPORATE BRANDING AND CORPORATE REPUTATION

KOMUNIKASI HUMANIS*